Certified or Qualified?
Penyelaman adalah kegiatan diluar
kebiasaan normal manusia. Untuk melakukan kegiatan tersebut diperlukan adanya
peralatan, pengetahuan dan ketrampilan khusus. Di tahun 1943, J.J.Cousteau dan
Emile Gagnan memperkenalkan peralatan scuba yang segera menjadi bagian dari
revolusi penyelaman. Sejak saat itu, penyelaman tidak lagi menjadi bagian
eksklusive sebagian orang saja namun juga merambah kepada masyarakat umum.
Melalui proses “try and error”, penyusunan standarisasi
penyelaman termasuk pengetahuan dan ketrampilan selam berkembang dengan cukup
pesat. Pada awal perkembangannya, eksplorasi bawah air di lakukan oleh
orang-orang yang sangat terlatih setelah menjalani serangkaian pelatihan yang
sangat berat. Hal yg wajar karena pada saat itu teknologi peralatan dan juga
ilmu penyelaman masih sangat “primitive”.
Organisasi selam rekreasi pun bermunculan
dengan konsep dan standar pelatihan yang berbeda-beda, namun dengan satu tujuan
yaitu memperkenalkan selam sebagai sebuah aktivitas yang dapat dilakukan oleh
berbagai kalangan masyarakat. Standarisasi pelatihan tersebut berangsur-angsur
menjadi semakin “streamline” dengan
berkembangnya teknologi dan system pengajaran penyelaman yang semakin baik.
Sebagai sebuah aktivitas yang berbahaya, pendidikan penyelaman menjadi mutlak
dengan ditandai adanya sertifikat yang menjadi tanda kelulusan bagi peserta
pelatihan yang telah menyelesaikan standar penyelaman yang diajarkan.
Di awal tahun 80an, kegiatan
penyelaman mulai masuk ke bidang pariwisata dengan adanya sebutan “recreational diver”, dan sejak saat itu
revolusi pengajaran selam mencapai tonggak pijakan yang baru. Kurang dari 10
tahun sesudahnya, wisata penyelaman menjadi salah satu bagian wisata bahari
yang berkembang sangat pesat. Semakin banyak masyarakat luas mengikuti
pendidikan selam dan menjadi peselam-peselam rekreasi yang kemudian melakukan
perjalanan wisata ke berbagai tempat di dunia dan membuka wilayah-wilayah
penyelaman baru. Berkembanganya destinasi wisata selam tersebut membuka
peluang-peluang usaha berupa dive
operator, dive resort, liveaboard dan manufaktur peralatan
selam.
Saat ini kegiatan wisata selam
telah menjadi sebuah industry yang terintegrasi meliputi kegiatan pendidikan,
wisata, peralatan dan juga konservasi lingkungan. Industri ini semakin besar
selaras dengan trend wisata alam yang menjadi daya tarik utama wisata dunia.
Pendidikan penyelaman berkembang
dengan sangat pesat memanfaatkan teknologi peralatan yang semakin maju,
pengetahuan yang semakin baik, system pengajaran yang semakin modern dan
teknologi informasi yang semakin canggih.
Pendidikan penyelaman dasar bersertifikasi
yang di tahun 80an harus ditempuh dalam waktu berminggu-minggu, sekarang dapat
ditempuh dalam waktu 4-5 hari (bahkan kurang).
Efektifitas pendidikan dan
penyederhanaan standar penyelaman telah menarik masyarakat untuk mengikuti
kegiatan ini. Kampanye “dive is easy”,
“dive is fun” telah menarik
masyarakat untuk mendalami selam sebagai bagian dari aktivitas mereka.
Peningkatan siknifikan jumlah
peselam rekreasi dunia di mulai di pertengahan tahun 90an dan terus berlanjut
sampai saat ini. Disisi lain, tingkat persaingan usaha jasa penyelaman juga
semakin luas dan sengit. Tak terkecuali persaingan antar agensi sertifikasi.
Agensi sertifikasi berlomba-lomba menyediakan standar sertifikasi yang semakin
“simple” dan “market friendly”, dan akibatnya semakin mudah orang untuk
mendapatkan sertifikasi selam, bahkan sertifikasi di tingkat professional pun
semakin mudah di dapat. Bisnis sertifikasi selam sudah menjadi industry besar
dengan nilai jutaan USD, bahkan ada agensi selam dunia yang sudah dimiliki oleh
perusahaan investasi sehingga wajar apabila tujuan profit lebih menonjol
dibandingkan idealism pendidikan yang berkualitas.
Untuk melindungi diri
masing-masing, agensi penyelaman ber lindung dibalik “liability release” dan juga formulir-formulir “pelepasan tanggung
jawab”, bahkan ada agensi selam yang menyatakan bahwa instruktur yang memberi
pengajaran selam menggunakan standarnya bukanlah personil yang dapat merepresentasikan
diri terkait organisasi yang standarnya digunakan tersebut, alasannnya adalah
agensi sudah menyediakan standar namun aktivitas instruktur dan/atau dive operator menjadi tangggung jawab
masing-masing. Dengan kata lain, apabila ada instruktur / dive operator yang berlaku “semau gue” itu bukan tanggungjawab
agensinya. Sepintas memang masuk akal, namun apabila di dalami artinya tidak
ada proses Quality Assurance yang
dapat memonitor kegiatan instruktur / dive operator yang diterapkan untuk
mengontrol proses pengajaran. Quality
Assurance hanya dilakukan secara pasif apabila ada laporan, terjadi
kecelakaan atau indikasi pelanggaran setelah proses pendidikan berlangsung
bukan pada saat proses itu sedang berlangsung. Ada pula agensi selam yang menggunakan
system pengawasan aktif yang dilakukan dive operator terhadap instrukturnya. Pada
system ini, dive operator menjadi bagian dari Quality Assurance sehingga selama tidak ada “pat gulipat” antara
dive operator dan muridnya, bisa dianggap bahwa selama proses pendidikan dapat
lebih mudah diawasi.
Kondisi semacam ini ditambah
adanya tekanan persaingan usaha jasa pendidikan selam, menimbulkan dampak yang
sangat negative. Fleksibilitas pelatihan dimanfaatkan untuk mengurangi porsi
pelatihan baik secara kuantitas (banyaknya pengetahuan dan/atau ketrampilan)
maupun kualitas (lamanya pengajaran dan repetisi pelatihan sangat berpengaruh
pada tingkat “mastery”), pelanggaran
standar di kemas sedemikian rupa dengan memanipulasi murid, bahkan yang lebih
parah adalah kongkalingkong antara murid dengan instruktur/dive operator untuk mendapatkan sertifikat dengan membayar lebih
murah dan/atau waktu lebih cepat. Hal seperti inilah yang sekarang menjadi
potret miris perkembangan industry pelatihan selam di Indonesia (juga dibanyak
tempat didunia). Meningkatnya jumlah peserta pelatihan tidak dibarengi meningkatnya
kualitas peselam, kemudahan dan pemanfaatan teknologi informasi dimanipulasi
untuk mempercepat pendidikan tanpa peduli hasil akhir dari pendidikan itu
sendiri. Akibatnya, semakin sering kita mendengar kecelakaan yang berakibat
kematian, bahkan pada saat pelatihan berlangsung.
Menjamurnya instruktur independen
dan belum adanya peraturan pemerintah yang mengatur wisata selam juga
berkontribusi terhadap tidak terpantaunya pendidikan selam yang “abal-abal”.
Saat ini pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sedang
mempersiapkan Peraturan Menteri terkait standar usaha wisata selam.
Pengalaman selama ini menyatakan
“if you’re not willing to spend time and
money for a quality diving education, you better find other activities, or
otherwise it may cause your live”.
Sebuah pendidikan selam yang
berkualitas sangat tergantung pada kemampuan Instruktur (menerapkan standar
pelatihan disertai pengetahuan dan pengalaman), kualitas dive operator (fasilitas,
peralatan dan proses pengawasan) dan calon murid (willingness to learn, motivation). Peran agensi utamanya adalah
sebagai penyedia standard dan materi pelatihan. Sebaik apapun standard nya,
tanpa eksekusi yang benar tetap saja tak ada gunanya.
Tips mencari pendidikan selam
yang baik dan berkualitas tinggi serta menjadi peselam yang
bertanggungjawab:
- - Lakukan pendidikan selam pada operator selam yang memiliki reputasi baik.
- - Lakukan wawancara dengan instruktur selam yang akan mengajar anda, tanyakan segala hal terkait standar pendidikan, waktu pendidikan, material pendidikan, fasilitas yang dimiliki, jadwal pendidikan, jumlah peserta dalam satu kelas, adanya “certified assistant” atau tidak, harga pendidikan dan hal-hal yang terkait.
- - Minta Instruktur selam anda untuk menunjukkan sertifikatnya. Instruktur anda haruslah orang yang nantinya mengajar anda dan mensertifikasi anda.
- - Pastikan standar pengajaran dengan memiliki akses (download, dipinjami atau memiliki sendiri) kepada semua materi pendidikan sesuai dengan tingkat pendidikan anda. Pastikan bahwa materi pendidikan yang anda baca sesuai dengan bahasa yang anda kuasai.
- - Minta dive operator untuk menunjukkan peralatan selam yang akan anda gunakan, peralatan yang baik adalah peralatan yang terawat dan berfungsi dengan baik.
- - Penuhi semua syarat dan standar pendidikan yang tertulis pada meteri pendidikan anda, apabila instruktur anda mengurangi materi pendidikan tanyakan alasannya dan apabila anda tidak merasa yakin, hubungi agensi pendidikan yang anda ikuti.
- - Gunakan waktu semaksimal mungkin untuk mempelajari pengetahuan dan ketrampilan, apabila anda belum merasa yakin tanyakan kepada Instruktur anda dan lakukan pelatihan sampai anda merasa nyaman.
- - Ikuti petunjuk Instruktur anda, apabila anda tidak merasa yakin, minta penjelasan yang meyakinkan anda.
Setelah anda menjadi seorang peselam:
- - Lakukan penyelaman sesuai dengan kualifikasi, pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman anda.
- - Apabila anda mencoba sebuah pengalaman baru, ikutlah pada sebuah perjalanan selam yang dipimpin seorang instruktur dan/atau Dive Leader yang bersertifikat dan berpengalaman. Ikutilah kursus yang terkait kondisi penyelaman yang baru itu atau mintalah bimbingan dari Instruktur atau Dive Leader.
- - “Respect the environment”, walaupun anda sudah bersertifikat, tidak serta merta anda dapat menaklukkan semua kondisi penyelaman di daerah-daerah baru, diperlukan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman untuk dapat menyelam dengan aman di daerah-daerah baru, apabila anda tidak yakin, ambilah kursus/workshop/pengenalan bersama Instruktur yang berpengalaman di daerah tersebut. Jaga kondisi lingkungan dimanapun anda menyelam.
- - Ikutilah kaidah-kaidah penyelaman aman, baik terkait pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, peralatan, kondisi fisik dan mental maupun kondisi lingkungan yang akan anda salami.
- - Use your common sense
“ada peselam tua, ada peselam berani, namun tidak ada peselam
tua yang berani”(kata-kata dari teman-teman di klub dulu)
Menyelam adalah kegiatan berisiko dan karenanya sudah menjadi konsensus atau pandangan umum bahwa untuk dapat menyelam (scuba khususnya), maka seseorang harus mengikuti training yang sesuai. Tujuan mengikuti training ini terutama adalah untuk mengantisipasi berbagai risiko yang inherent dengan kegiatan menyelam.
BalasHapusSeluruh content pendidikan selam bertujuan menciptakan peselam yang QUALIFIED. Sertifikasi sendiri hanyalah suatu tanda bahwa seseorang memang sudah benar2 qualified untuk dapat menyelam dengan aman dan baik. Namun demikian tidak dipungkiri bahwa pada kenyataannya, cukup banyak peselam yang hanya ingin dapat menyelam tanpa benar2 memenuhi kualifikasi yang diperlukan. Di sisi pengajaran, cukup banyak juga instruktur yang terlalu menggampangkan prosedur untuk menyatakan bahwa seorang peselam telah memenuhi kualifikasi.
Bagi saya, seorang penyelam haruslah benar2 qualified. Sudah sering saya melihat seorang peselam dengan sertifikasi tinggi namun ternyata pengetahuan dan keterampilannya jauh dibawah standar kualifikasi yang berlaku. Sungguh disayangkan, dan hal ini dapat menjadi bibit terjadinya insiden/ masalah dalam menyelam.
Perkembangan industri wisata bahari khususnya selam cukup memegang peranan signifikan dalam boomingnya rekreasi menyelam. Menurut pendapat saya perkembangan ini harus segera diantisipasi dari sisi regulasi, agar kita dapat memastikan bahwa seorang peselam telah memenuhi standard dan kualifikasi sehingga risiko dapat semakin terkelola. Kita tidak bermimpi untuk menciptakan environment yang 100% error free, akan tetapi setiap 1% error berarti potensi risiko menjadi bahaya akan semakin meningkat.
Bagi para calon peselam maupun yang sudah menjadi peselam namun tidak mau atau tidak mampu mengikuti standar kualifikasi menyelam, saya sarankan memilih aktivitas lain saja dan jangan menyelam.
Diving is not for everyone, that's the fact :)
Terima kasih pendapatnya
BalasHapus