Translate

Selasa, 13 Agustus 2013

Dive Training, Certified or Qualified?


Certified or Qualified?
Penyelaman adalah kegiatan diluar kebiasaan normal manusia. Untuk melakukan kegiatan tersebut diperlukan adanya peralatan, pengetahuan dan ketrampilan khusus. Di tahun 1943, J.J.Cousteau dan Emile Gagnan memperkenalkan peralatan scuba yang segera menjadi bagian dari revolusi penyelaman. Sejak saat itu, penyelaman tidak lagi menjadi bagian eksklusive sebagian orang saja namun juga merambah kepada masyarakat umum.
Melalui proses “try and error”, penyusunan standarisasi penyelaman termasuk pengetahuan dan ketrampilan selam berkembang dengan cukup pesat. Pada awal perkembangannya, eksplorasi bawah air di lakukan oleh orang-orang yang sangat terlatih setelah menjalani serangkaian pelatihan yang sangat berat. Hal yg wajar karena pada saat itu teknologi peralatan dan juga ilmu penyelaman masih sangat “primitive”. 


Organisasi selam rekreasi pun bermunculan dengan konsep dan standar pelatihan yang berbeda-beda, namun dengan satu tujuan yaitu memperkenalkan selam sebagai sebuah aktivitas yang dapat dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat. Standarisasi pelatihan tersebut berangsur-angsur menjadi semakin “streamline” dengan berkembangnya teknologi dan system pengajaran penyelaman yang semakin baik. Sebagai sebuah aktivitas yang berbahaya, pendidikan penyelaman menjadi mutlak dengan ditandai adanya sertifikat yang menjadi tanda kelulusan bagi peserta pelatihan yang telah menyelesaikan standar penyelaman yang diajarkan.
Di awal tahun 80an, kegiatan penyelaman mulai masuk ke bidang pariwisata dengan adanya sebutan “recreational diver”, dan sejak saat itu revolusi pengajaran selam mencapai tonggak pijakan yang baru. Kurang dari 10 tahun sesudahnya, wisata penyelaman menjadi salah satu bagian wisata bahari yang berkembang sangat pesat. Semakin banyak masyarakat luas mengikuti pendidikan selam dan menjadi peselam-peselam rekreasi yang kemudian melakukan perjalanan wisata ke berbagai tempat di dunia dan membuka wilayah-wilayah penyelaman baru. Berkembanganya destinasi wisata selam tersebut membuka peluang-peluang usaha berupa dive operator, dive resort, liveaboard dan manufaktur peralatan selam. 


Saat ini kegiatan wisata selam telah menjadi sebuah industry yang terintegrasi meliputi kegiatan pendidikan, wisata, peralatan dan juga konservasi lingkungan. Industri ini semakin besar selaras dengan trend wisata alam yang menjadi daya tarik utama wisata dunia.
Pendidikan penyelaman berkembang dengan sangat pesat memanfaatkan teknologi peralatan yang semakin maju, pengetahuan yang semakin baik, system pengajaran yang semakin modern dan teknologi informasi yang semakin canggih. 
Pendidikan penyelaman dasar bersertifikasi yang di tahun 80an harus ditempuh dalam waktu berminggu-minggu, sekarang dapat ditempuh dalam waktu 4-5 hari (bahkan kurang).
Efektifitas pendidikan dan penyederhanaan standar penyelaman telah menarik masyarakat untuk mengikuti kegiatan ini. Kampanye “dive is easy”, “dive is fun” telah menarik masyarakat untuk mendalami selam sebagai bagian dari aktivitas mereka. 

 
Peningkatan siknifikan jumlah peselam rekreasi dunia di mulai di pertengahan tahun 90an dan terus berlanjut sampai saat ini. Disisi lain, tingkat persaingan usaha jasa penyelaman juga semakin luas dan sengit. Tak terkecuali persaingan antar agensi sertifikasi. Agensi sertifikasi berlomba-lomba menyediakan standar sertifikasi yang semakin “simple” dan “market friendly”, dan akibatnya semakin mudah orang untuk mendapatkan sertifikasi selam, bahkan sertifikasi di tingkat professional pun semakin mudah di dapat. Bisnis sertifikasi selam sudah menjadi industry besar dengan nilai jutaan USD, bahkan ada agensi selam dunia yang sudah dimiliki oleh perusahaan investasi sehingga wajar apabila tujuan profit lebih menonjol dibandingkan idealism pendidikan yang berkualitas.
Untuk melindungi diri masing-masing, agensi penyelaman ber lindung dibalik “liability release” dan juga formulir-formulir “pelepasan tanggung jawab”, bahkan ada agensi selam yang menyatakan bahwa instruktur yang memberi pengajaran selam menggunakan standarnya bukanlah personil yang dapat merepresentasikan diri terkait organisasi yang standarnya digunakan tersebut, alasannnya adalah agensi sudah menyediakan standar namun aktivitas instruktur dan/atau dive operator menjadi tangggung jawab masing-masing. Dengan kata lain, apabila ada instruktur / dive operator yang berlaku “semau gue” itu bukan tanggungjawab agensinya. Sepintas memang masuk akal, namun apabila di dalami artinya tidak ada proses Quality Assurance yang dapat memonitor kegiatan instruktur / dive operator yang diterapkan untuk mengontrol proses pengajaran. Quality Assurance hanya dilakukan secara pasif apabila ada laporan, terjadi kecelakaan atau indikasi pelanggaran setelah proses pendidikan berlangsung bukan pada saat proses itu sedang berlangsung. Ada pula agensi selam yang menggunakan system pengawasan aktif yang dilakukan dive operator terhadap instrukturnya. Pada system ini, dive operator menjadi bagian dari Quality Assurance sehingga selama tidak ada “pat gulipat” antara dive operator dan muridnya, bisa dianggap bahwa selama proses pendidikan dapat lebih mudah diawasi. 
Kondisi semacam ini ditambah adanya tekanan persaingan usaha jasa pendidikan selam, menimbulkan dampak yang sangat negative. Fleksibilitas pelatihan dimanfaatkan untuk mengurangi porsi pelatihan baik secara kuantitas (banyaknya pengetahuan dan/atau ketrampilan) maupun kualitas (lamanya pengajaran dan repetisi pelatihan sangat berpengaruh pada tingkat “mastery”), pelanggaran standar di kemas sedemikian rupa dengan memanipulasi murid, bahkan yang lebih parah adalah kongkalingkong antara murid dengan instruktur/dive operator untuk mendapatkan sertifikat dengan membayar lebih murah dan/atau waktu lebih cepat. Hal seperti inilah yang sekarang menjadi potret miris perkembangan industry pelatihan selam di Indonesia (juga dibanyak tempat didunia). Meningkatnya jumlah peserta pelatihan tidak dibarengi meningkatnya kualitas peselam, kemudahan dan pemanfaatan teknologi informasi dimanipulasi untuk mempercepat pendidikan tanpa peduli hasil akhir dari pendidikan itu sendiri. Akibatnya, semakin sering kita mendengar kecelakaan yang berakibat kematian, bahkan pada saat pelatihan berlangsung.


Menjamurnya instruktur independen dan belum adanya peraturan pemerintah yang mengatur wisata selam juga berkontribusi terhadap tidak terpantaunya pendidikan selam yang “abal-abal”. Saat ini pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sedang mempersiapkan Peraturan Menteri terkait standar usaha wisata selam.
Pengalaman selama ini menyatakan “if you’re not willing to spend time and money for a quality diving education, you better find other activities, or otherwise it may cause your live”.
Sebuah pendidikan selam yang berkualitas sangat tergantung pada kemampuan Instruktur (menerapkan standar pelatihan disertai pengetahuan dan pengalaman), kualitas dive operator (fasilitas, peralatan dan proses pengawasan) dan calon murid (willingness to learn, motivation). Peran agensi utamanya adalah sebagai penyedia standard dan materi pelatihan. Sebaik apapun standard nya, tanpa eksekusi yang benar tetap saja tak ada gunanya.



Tips mencari pendidikan selam yang baik dan berkualitas tinggi serta menjadi peselam yang bertanggungjawab:
  • -        Lakukan pendidikan selam pada operator selam yang memiliki reputasi baik.
  • -        Lakukan wawancara dengan instruktur selam yang akan mengajar anda, tanyakan segala hal terkait standar pendidikan, waktu pendidikan, material pendidikan, fasilitas yang dimiliki, jadwal pendidikan, jumlah peserta dalam satu kelas, adanya “certified assistant” atau tidak, harga pendidikan dan hal-hal yang terkait.
  • -        Minta Instruktur selam anda untuk menunjukkan sertifikatnya. Instruktur anda haruslah orang yang nantinya mengajar anda dan mensertifikasi anda.
  • -        Pastikan standar pengajaran dengan memiliki akses (download, dipinjami atau memiliki sendiri) kepada semua materi pendidikan sesuai dengan tingkat pendidikan anda. Pastikan bahwa materi pendidikan yang anda baca sesuai dengan bahasa yang anda kuasai.
  • -        Minta dive operator untuk menunjukkan peralatan selam yang akan anda gunakan, peralatan yang baik adalah peralatan yang terawat dan berfungsi dengan baik.
  • -        Penuhi semua syarat dan standar pendidikan yang tertulis pada meteri pendidikan anda, apabila instruktur anda mengurangi materi pendidikan tanyakan alasannya dan apabila anda tidak merasa yakin, hubungi agensi pendidikan yang anda ikuti.
  • -        Gunakan waktu semaksimal mungkin untuk mempelajari pengetahuan dan ketrampilan, apabila anda belum merasa yakin tanyakan kepada Instruktur anda dan lakukan pelatihan sampai anda merasa nyaman.
  • -        Ikuti petunjuk Instruktur anda, apabila anda tidak merasa yakin, minta penjelasan yang meyakinkan anda.

Setelah anda menjadi seorang peselam:
  • -        Lakukan penyelaman sesuai dengan kualifikasi, pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman anda.
  • -        Apabila anda mencoba sebuah pengalaman baru, ikutlah pada sebuah perjalanan selam yang dipimpin seorang instruktur dan/atau Dive Leader yang bersertifikat dan berpengalaman. Ikutilah kursus yang terkait kondisi penyelaman yang baru itu atau mintalah bimbingan dari Instruktur atau Dive Leader.
  • -        Respect the environment”, walaupun anda sudah bersertifikat, tidak serta merta anda dapat menaklukkan semua kondisi penyelaman di daerah-daerah baru, diperlukan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman untuk dapat menyelam dengan aman di daerah-daerah baru, apabila anda tidak yakin, ambilah kursus/workshop/pengenalan bersama Instruktur yang berpengalaman di daerah tersebut. Jaga kondisi lingkungan dimanapun anda menyelam.
  • -        Ikutilah kaidah-kaidah penyelaman aman, baik terkait pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, peralatan, kondisi fisik dan mental maupun kondisi lingkungan yang akan anda salami.
  • -        Use your common sense

“ada peselam tua, ada peselam berani, namun tidak ada peselam tua yang berani”(kata-kata dari teman-teman di klub dulu)

2 komentar:

  1. Menyelam adalah kegiatan berisiko dan karenanya sudah menjadi konsensus atau pandangan umum bahwa untuk dapat menyelam (scuba khususnya), maka seseorang harus mengikuti training yang sesuai. Tujuan mengikuti training ini terutama adalah untuk mengantisipasi berbagai risiko yang inherent dengan kegiatan menyelam.

    Seluruh content pendidikan selam bertujuan menciptakan peselam yang QUALIFIED. Sertifikasi sendiri hanyalah suatu tanda bahwa seseorang memang sudah benar2 qualified untuk dapat menyelam dengan aman dan baik. Namun demikian tidak dipungkiri bahwa pada kenyataannya, cukup banyak peselam yang hanya ingin dapat menyelam tanpa benar2 memenuhi kualifikasi yang diperlukan. Di sisi pengajaran, cukup banyak juga instruktur yang terlalu menggampangkan prosedur untuk menyatakan bahwa seorang peselam telah memenuhi kualifikasi.

    Bagi saya, seorang penyelam haruslah benar2 qualified. Sudah sering saya melihat seorang peselam dengan sertifikasi tinggi namun ternyata pengetahuan dan keterampilannya jauh dibawah standar kualifikasi yang berlaku. Sungguh disayangkan, dan hal ini dapat menjadi bibit terjadinya insiden/ masalah dalam menyelam.

    Perkembangan industri wisata bahari khususnya selam cukup memegang peranan signifikan dalam boomingnya rekreasi menyelam. Menurut pendapat saya perkembangan ini harus segera diantisipasi dari sisi regulasi, agar kita dapat memastikan bahwa seorang peselam telah memenuhi standard dan kualifikasi sehingga risiko dapat semakin terkelola. Kita tidak bermimpi untuk menciptakan environment yang 100% error free, akan tetapi setiap 1% error berarti potensi risiko menjadi bahaya akan semakin meningkat.

    Bagi para calon peselam maupun yang sudah menjadi peselam namun tidak mau atau tidak mampu mengikuti standar kualifikasi menyelam, saya sarankan memilih aktivitas lain saja dan jangan menyelam.

    Diving is not for everyone, that's the fact :)

    BalasHapus